Memperkenalkan
Multiple Intelligences kepada Siswa
Adalah suatu keharusan guru multiple intelligences untuk
memperkenalkan konsep multiple intelligences di kelas. Memperkenalkan multiple intelligences
disesuaikan dengan usia dan latar belakang siswa. Untuk siswa Sekolah Dasar, pengenalan multiple
intelligences dapat dilakukan dengan menjelaskan secara langsung kepada
siswa, tentu saja dengan bahasa yang sederhana.
Cara sederhana itu bisa berupa pertanyaan yang diajukan
langsung kepada siswa. Untuk pertama
kali, guru mengajukan pertanyaan “siapa
yang merasa cerdas di kelas ini?”. Jika tidak ada siswa yang menjawab atau
mengacungkan tangan, maka ajukanlah beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengekplorasi keceradasan
yang dimiliki siswa. Pertanyaan harus
bersifat umum agar semua siswa merasa terakomodasi bahwa mereka memang cerdas. Berikut ini adalah contoh beberapa pertanyaan
berdasarkan delapan kecerdasan yang dapat diajukan guru kepada siswa.
Kecerdasan Linguistik
Siapa
yang dapat berbicara?
Siapa
yang dapat menulis?
Siapa
yang dapat membaca?
Kecerdasan Matematis-Logis
Siapa
yang bisa menghitung di luar kepala?
Siapa
yang tahu mengapa air itu berwarna jernih?
Kecerdasan Spasial
Siapa
yang suka mencorat-coret buku atau tembok?
Siapa
yang bisa membayangkan ada seekor kuda tertawa ketika memejamkan mata?
Kecerdasan Kinestetis-Jasmani
Siapa
yang suka olah raga?
Siapa
yang suka membuat kerajinan tangan?
Kecerdasan Musikal
Siapa
yang senang mendengarkan musik?
Siapa
yang pernah memainkan alat musik?
Kecerdasan Interpersonal
Siapa
yang memiliki sekurang-kurangnya satu orang teman?
Siapa
yang senang bekerja kelompok?
Kecerdasan Intrapersonal
Siapa
yang suka melamun?
Siapa
yang mempunyai tempat rahasia di rumah atau di sekolah?
Kecerdasan Natural
Siapa
yang senang jalan-jalan di alam terbuka?
Siapa
yang punya binatang peliharaan?
Guru berhak membuat
pertanyaan-pertanyaan sejenis asalkan tidak membuat pertanyaan yang lebih
spesifik, misalnya “siapa yang sudah membaca dua buah buku minggu ini?”. Ketika mengajukan pertanyaan-pertanyaan tadi
pasti banyak sekali siswa yang mengacungkan tangan. Setelah mengajukan pertanyaan tadi,
ajukankanlah pertanyaan “siapa di antara kalian yang merasa cerdas?”
kembali. Kemudian guru menjelaskan bahwa
setiap siswa itu cerdas dan memiliki kecerdasan yang beragam. Guru kemudian menjelaskan konsep kecerdasan
majemuk dengan menggambar atau memperlihatkan “pizza kecerdasan majemuk”. Istilah-istilah sulit diterjemahkan dalam
bahasa siswa misalnya kecerdasan linguistik menjadi “cerdas kata”, kecerdasan
matematis logis menjadi “cerdas angka-logika”, kecerdasan spasial menjadi
“cerdas gambar”, kecerdasan kinestetis-jasmani menjadi “cerdas tubuh”, kecerdasan
musikal menjadi “cerdas musik”, kecerdasan interpersonal menjadi “cerdas gaul”,
kecerdasan intrapersonal menjadi “cerdas diri”, kecerdasan natural menjadi
“cerdas alam”.
Menurut Armstrong (2002:66-67), cara lain
yang dapat dilakukan guru untuk memperkenalkan multiple intelligences
adalah dengan melibatkan siswa dalam beberapa kegiatan berikut ini.
a.
Hari
karier di sekolah. Guru dapat memperkenalkan
berbagai macam pekerjaan dan profesi kepada siswa. Guru dapat mendatangkan para ahli dari
berbagai bidang ke dalam kelas. Guru
dapat mengundang petani, pemusik jalanan, atlet lokal, dokter anak, dan
sebagainya.
b.
Karya wisata. Guru mengajak siswa ke tempat sekitar
sekolah untuk menunjukkan banyak hal.
Misalnya ke museum, kebun binatang, persawahan sekitar sekolah, stasiun
radio, planetarium, dan lain-lain.
c.
Gambar atau poster dinding. Guru harus membuat suasana kelas penuh dengan
tokoh multiple intelligences.
Misalnya poster Chairil Anwar (linguistik), B.J.
Habibie (matematis-logis), Affandi (spasial), Taufik
Hidayat (kinetetis-jasmani), W.R. Supratman (musikal), Soekarno
(Interpersonal), R.A. Kartini (intrapersonal), dan Adnan Oktar (natural).
d.
Rak pameran. Guru
memamerkan hasil karya siswa di kelas.
Karya diklasifikasikan berdasarkan kecerdasan. Gambar untuk kecerdasan spasial, puisi untuk
kecerdasan linguistik, lagu-lagu untuk kecerdasan musikal, hasil kerajinan
tangan untuk kecerdasan kinestetis-jasmani, dan sebagainya.
e.
Berburu kecerdasan.
Teknik ini adalah sebuah simulasi perkenalan siswa kepada sesama temannya. Sangat sesuai jika semua siswa baru saling
mengenal. Siswa diberi lembaran tugas
yang mencerminkan delapan tipe kecerdasan majemuk kemudian diinstruksikan untuk
mencari dan meminta tanda tangan teman yang memiliki kecerdasan majemuk tadi.
f.
Papan permainan. Kreatifitas guru sangat dituntut di
sini. Guru dapat membuat sendiri papan
permainannya dan merancang sendiri permainan seperti apa yang tepat untuk siswa
dan akan menunjang materi pembelajaran.
g.
Cerita, lagu, dan drama multiple intelligences. Guru dapat membawa cerita rakyat, lagu-lagu
anak-anak yang penuh semangat atau membuat skenario drama yang disesuaikan
dengan materi pembelajaran.
3. Multiple Intelligences dan Lingkungan
Kelas
Kelas bagi multiple
intelligences tidak hanya sebuah ruangan yang terdiri atas deretan bangku
yang rapi, papan tulis, meja guru, dan penggaris. Bagi multiple intelligences kelas
adalah tempat kondusif yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran
sehingga tercapai tujuan.
Lingkungan
kelas berarti sebuah suasana yang harus mendukung proses pembelajaran. Lingkungan kelas yang dimaksud, bukanlah
sekelompok siswa yang duduk rapi berderet di kursi yang menghadap papan tulis
di depan seorang guru yang sibuk menilai berkas soal. Dalam multiple intelligences yang
dimaksud dengan lingkungan kelas atau lingkungan belajar adalah seperangkat
kegiatan kondusif yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa aktif dan
kreatif di dalam kelas.
Banyak hal yang
dapat dilakukan oleh guru berkaitan dengan lingkungan kelas berdasarkan konsep multiple
intelligences. Berikut adalah
beberapa pertanyaan yang menjadi bahan evaluasi guru untuk memaksimalkan
lingkungan kelas yang kondusif.
Kecerdasan Linguistik
Bagaimana perkataan lisan yang
dikemukakan di kelas? Apakah kosa kata yang
digunakan terlalu sulit dan kompleks?
Apakah suara guru terdengar jelas?
Kecerdasan Matematis-Logis
Bagaimana penataan waktu di kelas?
Apakah waktu guru berbicara lebih banyak daripada waktu siswa untuk
berkreatifitas?
Kecerdasan Spasial
Apakah suasana kelas enak
dipandang? Apakah warna cat ruangan
kelas membuat siswa jenuh belajar?
Apakah kelas menumpuk banyak sampah?
Kecerdasan
Kinestetis-Jasmani
Apakah siswa menghabiskan banyak
waktu belajarnya dengan duduk, diam, dan dengar?
Kecerdasan Musik
Apakah suasana kelas begitu hening
sehingga tidak ada satu suara berirama pun yang diperdengarkan atau
dinyanyikan?
Kecerdasan
Interpersonal
Apakah siswa mendapatkan kesempatan
untuk berinteraksi positif (bekerja sama di dalam kelas)?
Kecerdasan
Intrapersonal
Apakah siswa mendapatkan kesempatan
untuk memilih sesuai hobi, imajinasi, dan kegemarannya untuk meningkatkan
motivasi belajarnya di kelas?
Kecerdasan Natural
Apakah siswa memperoleh kesempatan
belajar di luar gedung sekolah?
(Armstrong,2002:136-140)
4. Multiple Intelligences dan Manajemen Kelas
Manajemen kelas
berarti bagaimana seorang guru mampu mengelola sebuah kelas sehingga proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan.
Berikut akan diuraikan beberapa teknik mengelola kelas model multiple
intelligences.
a. Menarik
Perhatian Kelas
Salah satu tugas
guru yang harus dilakukan adalah bagaimana menarik perhatian seluruh siswa
untuk memulai pembelajaran di kelas. Di
kelas klasikal, biasanya guru akan berteriak, “Diaaam!!” atau mengetuk-ngetuk
papan tulis ketika suasana kelas mulai ribut.
Sekarang tindakan menarik perhatian kelas seperti tadi tidak berguna
lagi. Perlu diingat bahwa kecerdasan
siswa yang beragam menuntut guru untuk kreatif membuat cara agar seluruh siswa
tertarik pada apa yang akan diberikan guru.
Thomas
Armstrong (2002:154) mengajukan beberapa trik berikut yang dapat
menjadi alternatif guru untuk menarik perhatian siswa :
(1)
Kecerdasan linguistik, misalnya guru membaca puisi yang lucu.
(2)
Kecerdasan matematis-Logis, misalnya dengan berhitung dengan
suara lantang seperti akan memulai sebuah lomba atau pertandingan, “Tiga ...,
dua ..., satu!”.
(3)
Kecerdasan spasial, misalnya dengan menampilkan gambar
yang lucu, eksotik atau pun gambar-gambar unik lainnya.
(4) Kecerdasan
kinestetis-jasmani, misalnya dengan menempelkan jari telunjuk di bibir,
kemudian meminta semua siswa menirukannya.
(5) Kecerdasan
musikal, misalnya dengan bersiul berirama, kemudian meminta seluruh siswa
menirukannya.
(6) Kecerdasan
interpersonal, misalnya dengan membisikkan kepada salah satu siswa untuk
disebarluaskan perorang bahwa pelajaran akan dimulai.
(7) Kecerdasan
intrapersonal, misalnya guru berdiri di depan kelas, membiarkan siswa asyik
dengan kesibukan sendiri sampai seluruh siswa menyadari diamnya guru.
(8) Kecerdasan
naturalis, misalnya membawa sebuah binatang ke kelas atau memutar kaset kicauan
burung.
b. Mempersiapkan Masa Peralihan
Masa peralihan di
sini adalah masa di saat guru akan berganti dari suatu bagian pembelajaran ke
bagian yang lain. Misalnya akan
istirahat, pulang, atau berganti mata
pelajaran.
Berikut ini
adalah beberapa trik kreatif yang diajukan Armstrong (2002:155-156) berdasarkan
delapan tipe kecerdasan siswa :
(1)
bersiap istirahat : isyarat musik simfoni, gambar anak-anak yang sedang
bermain, meregangkan tangan dan menguap.
(2)
Bersiap menjelang pulang : isyarat menyanyi lagu
perpisahan pulang (lagu sayonara, dan sejenisnya), gambar anak yang naik bus
penjemput, meletakkan tangan di atas dahi dan memandang keluar kelas (seperti
melihat rumah).
(3)
Berganti pelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran
pengganti tersebut. Misalnya mata
pelajaran IPA akan digantikan mata pelajaran pelajaran bahasa Indonesia,
misalnya guru membuat pantun.
c. Mengomunikasikan Peraturan Kelas
Hal lain yang
harus diperhatikan guru ketika mengelola kelas adalah bagaimana guru
mengomunikasikan peraturan kelas kepada siswa.
Beberapa trik berikut dapat menjadi alternatif agar peraturan kelas
dapat diketahui dan dipahami siswa dengan baik (Armstrong,2002:157).
(1)
Komunikasi linguistik dengan menempelkan peraturan kelas
di dinding kelas.
(2)
Komunikasi matematis-logis misalnya peraturan dinomori
dengan angka dan ketika menyebutkan peraturan yang disebutkan adalah angka
peraturan tersebut.
(3)
Komunikasi spasial, peraturan dengan menggunakan simbol
bagi yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
(4)
Komunikasi musikal, peraturan diubah menjadi sebuah lagu
yang mudah dihafal siswa.
(5)
Komunikasi interpersonal, satu kelompok kecil siswa
bertanggung jawab terhadap sebuah peraturan.
(6)
Komunikasi intrapersonal, siswa yang membuat peraturan dan
mengomuikasikannya kepada teman sekelasnya tentang peraturan yang dibuatnya
dengan cara yang unik.
(7)
Kecerdasan naturalis, setiap peraturan dihubungkan dengan
jenis binatang tertentu. Misalnya
kelinci untuk “menghormati”, merpati untuk “tenang”, semut untuk “bekerja
sama”, dan sebagainya.
d. Membentuk Kelompok
Kelompok adalah
sebuah komunitas belajar kecil yang akan mengolah kecerdasan interpersonal
siswa. Ada beberapa trik yang ditawarkan
Armstrong untuk mengelola kelas dengan teknik membentuk kelompok ini.
(1)
Kecerdasan linguistik, mengelompokkan siswa berdasarkan
huruf pertama siswa.
(2)
Kecerdasan matematis-logis, mengelompokkan siswa
berdasarkan urutan angka satu sampai dengan jumlah kelompok yang akan dibuat.
(3)
Kecerdasan spasial, mengelompokkan siswa berdasarkan
warna kesukaan.
(4)
Kecerdasan kinestetis-jasmani, mengelompokkan siswa
berdasarkan kecerdasan gerak, misalnya carilah teman yang bisa melompat dengan
satu kaki, dan sebagainya.
(5)
Kecerdasan musik, mengelompokkan siswa berdasarkan
lagu-lagu anak-anak yang mereka sukai.
(6)
Kecerdasan natural, mengelompokkan siswa berdasarkan
hewan kesukaan dengan cara menirukan suara.
0 komentar:
Posting Komentar