Selasa, 19 Agustus 2014

MEMPERKENALKAN MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM LINGKUNGAN KELAS

Memperkenalkan Multiple Intelligences kepada Siswa
Adalah suatu keharusan guru multiple intelligences untuk memperkenalkan konsep multiple intelligences di kelas.  Memperkenalkan multiple intelligences disesuaikan dengan usia dan latar belakang siswa.  Untuk siswa Sekolah Dasar, pengenalan multiple intelligences dapat dilakukan dengan menjelaskan secara langsung kepada siswa, tentu saja dengan bahasa yang sederhana.
Cara sederhana itu bisa berupa pertanyaan yang diajukan langsung kepada siswa.  Untuk pertama kali,  guru mengajukan pertanyaan “siapa yang merasa cerdas di kelas ini?”. Jika tidak ada siswa yang menjawab atau mengacungkan tangan, maka ajukanlah beberapa pertanyaan yang  bertujuan untuk mengekplorasi keceradasan yang dimiliki siswa.  Pertanyaan harus bersifat umum agar semua siswa merasa terakomodasi bahwa mereka memang cerdas.  Berikut ini adalah contoh beberapa pertanyaan berdasarkan delapan kecerdasan yang dapat diajukan guru kepada siswa.

Kecerdasan Linguistik

Siapa yang dapat berbicara?
Siapa yang dapat menulis?
Siapa yang dapat membaca?

Kecerdasan Matematis-Logis

Siapa yang bisa menghitung di luar kepala?
Siapa yang tahu mengapa air itu berwarna jernih?

Kecerdasan Spasial

Siapa yang suka mencorat-coret buku atau tembok?
Siapa yang bisa membayangkan ada seekor kuda tertawa ketika memejamkan mata?

Kecerdasan Kinestetis-Jasmani

Siapa yang suka olah raga?
Siapa yang suka membuat kerajinan tangan?

Kecerdasan Musikal

Siapa yang senang mendengarkan musik?
Siapa yang pernah memainkan alat musik?

Kecerdasan Interpersonal

Siapa yang memiliki sekurang-kurangnya satu orang teman?
Siapa yang senang bekerja kelompok?

Kecerdasan Intrapersonal

Siapa yang suka melamun?
Siapa yang mempunyai tempat rahasia di rumah atau di sekolah?

Kecerdasan Natural

Siapa yang senang jalan-jalan di alam terbuka?
Siapa yang punya binatang peliharaan?
Guru berhak membuat pertanyaan-pertanyaan sejenis asalkan tidak membuat pertanyaan yang lebih spesifik, misalnya “siapa yang sudah membaca dua buah buku minggu ini?”.  Ketika mengajukan pertanyaan-pertanyaan tadi pasti banyak sekali siswa yang mengacungkan tangan.  Setelah mengajukan pertanyaan tadi, ajukankanlah pertanyaan “siapa di antara kalian yang merasa cerdas?” kembali.  Kemudian guru menjelaskan bahwa setiap siswa itu cerdas dan memiliki kecerdasan yang beragam.  Guru kemudian menjelaskan konsep kecerdasan majemuk dengan menggambar atau memperlihatkan “pizza kecerdasan majemuk”.   Istilah-istilah sulit diterjemahkan dalam bahasa siswa misalnya kecerdasan linguistik menjadi “cerdas kata”, kecerdasan matematis logis menjadi “cerdas angka-logika”, kecerdasan spasial menjadi “cerdas gambar”, kecerdasan kinestetis-jasmani menjadi “cerdas tubuh”, kecerdasan musikal menjadi “cerdas musik”, kecerdasan interpersonal menjadi “cerdas gaul”, kecerdasan intrapersonal menjadi “cerdas diri”, kecerdasan natural menjadi “cerdas alam”.
Menurut Armstrong (2002:66-67), cara lain yang dapat dilakukan guru untuk memperkenalkan multiple intelligences adalah dengan melibatkan siswa dalam beberapa kegiatan berikut ini.
a.    Hari karier di sekolah.  Guru dapat memperkenalkan berbagai macam pekerjaan dan profesi kepada siswa.  Guru dapat mendatangkan para ahli dari berbagai bidang ke dalam kelas.  Guru dapat mengundang petani, pemusik jalanan, atlet lokal, dokter anak, dan sebagainya.
b.    Karya wisata. Guru mengajak siswa ke tempat sekitar sekolah untuk menunjukkan banyak hal.  Misalnya ke museum, kebun binatang, persawahan sekitar sekolah, stasiun radio, planetarium, dan lain-lain.
c.     Gambar atau poster dinding.  Guru harus membuat suasana kelas penuh dengan tokoh multiple intelligences.  Misalnya poster Chairil Anwar (linguistik), B.J. Habibie (matematis-logis), Affandi (spasial), Taufik Hidayat (kinetetis-jasmani), W.R. Supratman (musikal), Soekarno (Interpersonal), R.A. Kartini (intrapersonal), dan Adnan Oktar (natural).
d.    Rak pameran.  Guru memamerkan hasil karya siswa di kelas.  Karya diklasifikasikan berdasarkan kecerdasan.  Gambar untuk kecerdasan spasial, puisi untuk kecerdasan linguistik, lagu-lagu untuk kecerdasan musikal, hasil kerajinan tangan untuk kecerdasan kinestetis-jasmani, dan sebagainya.
e.    Berburu kecerdasan.  Teknik ini adalah sebuah simulasi perkenalan siswa kepada sesama temannya.  Sangat sesuai jika semua siswa baru saling mengenal.  Siswa diberi lembaran tugas yang mencerminkan delapan tipe kecerdasan majemuk kemudian diinstruksikan untuk mencari dan meminta tanda tangan teman yang memiliki kecerdasan majemuk tadi.
f.      Papan permainan. Kreatifitas guru sangat dituntut di sini.  Guru dapat membuat sendiri papan permainannya dan merancang sendiri permainan seperti apa yang tepat untuk siswa dan akan menunjang materi pembelajaran.
g.    Cerita, lagu, dan drama multiple intelligences.  Guru dapat membawa cerita rakyat, lagu-lagu anak-anak yang penuh semangat atau membuat skenario drama yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.
  
3.  Multiple Intelligences dan Lingkungan Kelas
     Kelas bagi multiple intelligences tidak hanya sebuah ruangan yang terdiri atas deretan bangku yang rapi, papan tulis, meja guru, dan penggaris.  Bagi multiple intelligences kelas adalah tempat kondusif yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran sehingga tercapai tujuan. 
     Lingkungan kelas berarti sebuah suasana yang harus mendukung proses pembelajaran.  Lingkungan kelas yang dimaksud, bukanlah sekelompok siswa yang duduk rapi berderet di kursi yang menghadap papan tulis di depan seorang guru yang sibuk menilai berkas soal.  Dalam multiple intelligences yang dimaksud dengan lingkungan kelas atau lingkungan belajar adalah seperangkat kegiatan kondusif yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa aktif dan kreatif di dalam kelas.  
     Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru berkaitan dengan lingkungan kelas berdasarkan konsep multiple intelligences.  Berikut adalah beberapa pertanyaan yang menjadi bahan evaluasi guru untuk memaksimalkan lingkungan kelas yang kondusif.

Kecerdasan Linguistik

Bagaimana perkataan lisan yang dikemukakan di kelas?  Apakah kosa kata yang digunakan terlalu sulit dan kompleks?  Apakah suara guru terdengar jelas?

Kecerdasan Matematis-Logis

Bagaimana penataan waktu di kelas? Apakah waktu guru berbicara lebih banyak daripada waktu siswa untuk berkreatifitas?

Kecerdasan Spasial

Apakah suasana kelas enak dipandang?  Apakah warna cat ruangan kelas membuat siswa jenuh belajar?  Apakah kelas menumpuk banyak sampah?
Kecerdasan Kinestetis-Jasmani
Apakah siswa menghabiskan banyak waktu belajarnya dengan duduk, diam, dan dengar?
Kecerdasan Musik
Apakah suasana kelas begitu hening sehingga tidak ada satu suara berirama pun yang diperdengarkan atau dinyanyikan?
Kecerdasan Interpersonal
Apakah siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi positif (bekerja sama di dalam kelas)?
Kecerdasan Intrapersonal
Apakah siswa mendapatkan kesempatan untuk memilih sesuai hobi, imajinasi, dan kegemarannya untuk meningkatkan motivasi belajarnya di kelas?
Kecerdasan Natural
Apakah siswa memperoleh kesempatan belajar di luar gedung sekolah?
(Armstrong,2002:136-140)

4.   Multiple Intelligences dan Manajemen Kelas
     Manajemen kelas berarti bagaimana seorang guru mampu mengelola sebuah kelas sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan.  Berikut akan diuraikan beberapa teknik mengelola kelas model multiple intelligences.
a.  Menarik Perhatian Kelas
     Salah satu tugas guru yang harus dilakukan adalah bagaimana menarik perhatian seluruh siswa untuk memulai pembelajaran di kelas.  Di kelas klasikal, biasanya guru akan berteriak, “Diaaam!!” atau mengetuk-ngetuk papan tulis ketika suasana kelas mulai ribut.  Sekarang tindakan menarik perhatian kelas seperti tadi tidak berguna lagi.  Perlu diingat bahwa kecerdasan siswa yang beragam menuntut guru untuk kreatif membuat cara agar seluruh siswa tertarik pada apa yang akan diberikan guru.
     Thomas Armstrong (2002:154) mengajukan beberapa trik berikut yang dapat menjadi alternatif guru untuk menarik perhatian siswa :
(1)  Kecerdasan linguistik, misalnya guru  membaca puisi yang lucu.
(2)  Kecerdasan matematis-Logis, misalnya dengan berhitung dengan suara lantang seperti akan memulai sebuah lomba atau pertandingan, “Tiga ..., dua ..., satu!”.
(3)  Kecerdasan spasial, misalnya dengan menampilkan gambar yang lucu, eksotik atau pun gambar-gambar unik lainnya.
(4)  Kecerdasan kinestetis-jasmani, misalnya dengan menempelkan jari telunjuk di bibir, kemudian meminta semua siswa menirukannya.
(5)  Kecerdasan musikal, misalnya dengan bersiul berirama, kemudian meminta seluruh siswa menirukannya.
(6)  Kecerdasan interpersonal, misalnya dengan membisikkan kepada salah satu siswa untuk disebarluaskan perorang bahwa pelajaran akan dimulai.
(7)  Kecerdasan intrapersonal, misalnya guru berdiri di depan kelas, membiarkan siswa asyik dengan kesibukan sendiri sampai seluruh siswa menyadari diamnya guru.
(8)  Kecerdasan naturalis, misalnya membawa sebuah binatang ke kelas atau memutar kaset kicauan burung.

b. Mempersiapkan Masa Peralihan
     Masa peralihan di sini adalah masa di saat guru akan berganti dari suatu bagian pembelajaran ke bagian yang lain.  Misalnya akan istirahat,  pulang, atau berganti mata pelajaran. 
     Berikut ini adalah beberapa trik kreatif yang diajukan Armstrong (2002:155-156) berdasarkan delapan tipe kecerdasan siswa :
(1)  bersiap istirahat : isyarat musik  simfoni, gambar anak-anak yang sedang bermain, meregangkan tangan dan menguap.
(2)  Bersiap menjelang pulang : isyarat menyanyi lagu perpisahan pulang (lagu sayonara, dan sejenisnya), gambar anak yang naik bus penjemput, meletakkan tangan di atas dahi dan memandang keluar kelas (seperti melihat rumah).
(3)  Berganti pelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran pengganti tersebut.  Misalnya mata pelajaran IPA akan digantikan mata pelajaran pelajaran bahasa Indonesia, misalnya guru membuat pantun.

c. Mengomunikasikan Peraturan Kelas
     Hal lain yang harus diperhatikan guru ketika mengelola kelas adalah bagaimana guru mengomunikasikan peraturan kelas kepada siswa.  Beberapa trik berikut dapat menjadi alternatif agar peraturan kelas dapat diketahui dan dipahami siswa dengan baik (Armstrong,2002:157).
(1)  Komunikasi linguistik dengan menempelkan peraturan kelas di dinding kelas.
(2)  Komunikasi matematis-logis misalnya peraturan dinomori dengan angka dan ketika menyebutkan peraturan yang disebutkan adalah angka peraturan tersebut.
(3)  Komunikasi spasial, peraturan dengan menggunakan simbol bagi yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
(4)  Komunikasi musikal, peraturan diubah menjadi sebuah lagu yang mudah dihafal siswa.
(5)  Komunikasi interpersonal, satu kelompok kecil siswa bertanggung jawab terhadap sebuah peraturan.
(6)  Komunikasi intrapersonal, siswa yang membuat peraturan dan mengomuikasikannya kepada teman sekelasnya tentang peraturan yang dibuatnya dengan cara yang unik.
(7)  Kecerdasan naturalis, setiap peraturan dihubungkan dengan jenis binatang tertentu.  Misalnya kelinci untuk “menghormati”, merpati untuk “tenang”, semut untuk “bekerja sama”, dan sebagainya.
d. Membentuk Kelompok
     Kelompok adalah sebuah komunitas belajar kecil yang akan mengolah kecerdasan interpersonal siswa.  Ada beberapa trik yang ditawarkan Armstrong untuk mengelola kelas dengan teknik membentuk kelompok ini.
(1)  Kecerdasan linguistik, mengelompokkan siswa berdasarkan huruf pertama siswa.
(2)  Kecerdasan matematis-logis, mengelompokkan siswa berdasarkan urutan angka satu sampai dengan jumlah kelompok yang akan dibuat.
(3)  Kecerdasan spasial, mengelompokkan siswa berdasarkan warna kesukaan.
(4)  Kecerdasan kinestetis-jasmani, mengelompokkan siswa berdasarkan kecerdasan gerak, misalnya carilah teman yang bisa melompat dengan satu kaki, dan sebagainya.
(5)  Kecerdasan musik, mengelompokkan siswa berdasarkan lagu-lagu anak-anak yang mereka sukai.
(6)  Kecerdasan natural, mengelompokkan siswa berdasarkan hewan kesukaan dengan cara menirukan suara.

0 komentar:

Posting Komentar

Lets Go