Kamis, 24 Juli 2014

CONTOH MAKALAH




KATA  PENGANTAR




Karya sastra yaitu hasil kegiatan kreatif manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bentuk-bentuk karya sastra ada 3 yaitu puisi, prosa dan drama. Dan jenis-jenis prosa di antaranya: dongeng, novel, hikayat, novelette, cerpen dan sebagainya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk  memenuhi salah satu tugas mata kuliah apresiasi puisi Indonesia.
Makalah ini membahas tentang unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel Orang_Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
Makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait


Kuningan, 28 Desember 2009
Penulis

Maya Deviyana








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang Masalah
Novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi. Pada masa sekarang membaca karya sastra sangatlah kurang karena. Pembaca lebih memilih membaca novel pop daripada novel sastra, karena mereka menganggap membaca novel pop lebih menarik,bahasanya ringan mudah dipahami. Namun banyak juga pembaca yang membaca novel sastra, karena novel sastra lebih bermutu.Tetapi terkadang mereka hanya membacanya saja lalu memahami cerita tersebut, tanpa mengetahui lebih dalam  tentang unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita itu.
Sebagai pembaca yang kreatif, mereka tidak hanya mengetahui atau memahami cerita itu, tetapi mereka harus mengetahui dan memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita itu. Mereka harus mengetahui apa, siapa, bagaimana dan untuk apa pengarang menceritakan peristiwa itu.
Maka dari itu penulis mencoba menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

1.1   Perumusan Masalah
Dari permasalahan diatas,maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa tema novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
      2. Bagaimana plot novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
      3. Siapa tokah-tokoh pada novel Orang –Orang Proyek  karya Ahmad Tohari?
      4. Baagaimana karakter  tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek karya
          Ahmad Tohari?    
      5. Bagaimana konflik tokoh pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad   
          Tohari?
      6. Bagaimana setting novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
      7. Bagaimana titik pengisahan pengarang  novel Orang-Orang Proyek karya
           Ahmad Tohari ?
      8. Bagaimana gaya pengarang noel Orang-Orang Proyek karya Amad Tohari?
      9. Bagaimana amanat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?

1.3  Tujuan Masalah
       Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atas
       permasalahan yang dirumuskan di atas.Tujuan tersebut dapat di perinci
       sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui tema  novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
  2. Untuk mengetahui plot novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
  3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari.
  1. Untuk mengetahui karakter tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek
Karya Ahmad Tohari.
  1. Untuk mengetahui konflik tokoh pada novel  novel Orang-Orang Proyek
karya Ahmad Tohari.
  1. Untuk mengetahui setting novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
  2. Untuk mengetahui titik pengisahan pengarang novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. 
  3. Untuk mengetahui gaya pengarang novel Oang-Orang Proyek karya
Ahmad  Tohari.
  1. Untuk mengetahui amanat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari.
.      

                       
BAB II
LANDASAN TEORITIS
                                       
2.1 Pengertian Sastra
Secara harfiah kata sastra berarti “huruf, tulisan atau karangan”. Lalu karena tulisan atau karangan biasanya berwujud buku, maka sastra berarti juga “buku”. Itulah sebabnya, dalam pengertian kesustraan lama,istilah sastra berarti buku baik yang berisi tentang dongeng, pelajaran agama, sejarah maupun peraturan perundang-undangan.
Dalam perkembangan selanjutnya, karya sastra mendapat imbuhan su yang dalam bahasa jawa berarti “baik atau indah". Dengan demikian,pengertiannya berkembang juga menjadi “buku yang baik dan indah”, dalam arti baik isinya dan indah bahasanya. Kata susastra itupun berkembang juga dengan mendapat imbuhan gabungan (konfiks) ke-an, sehingga menjadi kesusastraan yang berarti “hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah bahasanya”
Istilah sastra maupu literature, ada baiknya kalau makna kedua istilah tersebut dipandang sebagai kegiatan seni, yaitu “hasil kegiatan kreatif manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa baik lisan maupun tulisan”.

2.2 Bentuk-bentuk Sastra
Bentuk sastra berarti cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan bagian-bagian karangan, pola structural karya sastra (Panuti Sujiman,1984:12).
Ke dalamnya dapat digolongkan tiga bentuk,  yaitu: puisi, prosa dan drama.
Puisi ialah bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya dendang. Prosa ialah bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya cerita. Sedangkan drama adalah karya sastra yang diungkapkan dengan gaya dialog. Penggolongan bentuk ini tentunya harus diterima dengan bijaksana, sebab tidak mustahil dalam bentuk puisi akan  dibentuk pula sedikitnya gaya cerita atau dialog, dalam bentuk prosa mungkin saja akan dijumpai gaya dendang dan gaya bercerita. Akan tetapi penyelipan gaya tertentu ke dalam bentuk-bentuk tersebut tidak mengubah bentuk secara keseluruhan.

2.3 Pengertian Prosa Fiksi
Prosa fiksi atau cerkan adalah suatu bentuk sastra yang memaparkan terjadinya peristiwa secara rinci mengenai segala hal yang bersangkut paut dengan peristiwa tersebut, seperti siapa tokoh dalam peristiwa itu, bagamana karakter tokah tersebut, dimana dan kapan terjadi peristiwa itu, bagaimana suasana, bagaimana proses terjadinya peristiwa itu, apa yang melatarbelakangi peristiwa itu.

2.4  Jenis-jenis prosa fiksi
Prosa fiksi dibagi menjadi dua bagian besar yang jelas hakikinya, yaitu prosa non imajinatif  dan prosa  imajinatif. Inti perbedaan keduanya adalah dominasi imajinasi yang mempengaruhi proses penciptaannya.
Dalam prosa imajinatif tentu saja hal-hal yang khayal tidak akan dipentingkan, tetapi sangat berdasarkan pada hal-hal yang faktual. Isinya bisa berupa deskripsi, argumentasi atau narasi tentang sesuatu yang sama sekali tidak direka-reka dan bahkan objektif. Contoh prosa non immajinatif ini misalnya: kritik, esai, karya ilmiah, esensi, artikel, memori, biografi factual, auto biografi factual, sejarah, catatan harian dan lain-lain
Sedangkan prosa imajinasi jelas sangat dipengaruhi oleh imajinasi dalam proses penciptaanya. Faktor perenungan dalam perolehan ideilustrasi  bahasa yang yang diperhitungkan keindahannya, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang menjadikan karya tersebut tidak mungkin dikatakan objektif, terjadi begitu saja. Pokok persoalan yang akan dilontarkan bisa saja hal-hal yang faktual yang ada disektar penciptanya, tetapi dalam proses penciptaanya akan banyak sekali dipengaruhi faktor imajinasi. Istilah sederhana banyak direka-reka. Contoh prosa fiksi imajinasi misalnya: dongeng, hikayat, cerita sejarah, novel,novelette, cerpen, hikayat dan lain-lain

2.5  Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa latin “novellas”yang diturunkan dari kata “novies”yang berarti “baru”. Dikatakaan baru sebab novel muncul belakangan dibanding dengaan bentuk puisi. Yus rusyana memunculkan pengertian sebagai cerita rekaan yang panjang dan mengisahkan peristiwa rasional. Unsur-unsur cerita seperti tokoh, alur dan latar dipaparkan seolah-olah sesungguhnya  terjadi dalam kehidupan nyata. Namun ada juga novel yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang justru tidak rasional. Hal ini karena bentuk-bentuk simbolik yang mendominasi proses penciptaanya. Sehingga cerita secara total merupakan cerita simbolik dari kehidupan nyata. Pengertian novel tersebut akhirnya secara singkat dapat dikatakan sebagai prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara  tersusun  (Panuti Sujiman:1984:54)

2.6 Unsur-unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam sastra itu sendiri, dan merupakan satu organisasi yang terjalin satu sama lain yang secara bersama-sama membentuk cerita. Unsur tersebut meliputi tema, alur/plot, tokoh dan perwatakan, latar/setting, titik pengisahan, gaya pengarang dan amanat.

  1. Tema
Cerita rekaan tercipta setelah pengarang memperoleh pengalaman. Dari pengalaman itulah akan diperoleh persoalan-persoalan yang beraneka ragam yang lantas dijadikan sumber ide. Pokok persoalan yang menarik bagi  pengarang cerkan selalu persoalan manusia, karena hidup manusia memang selalu penuh dengan benturan-benturan atau konflik.

  1. Alur atau plot
Peristiwa-peristiwa yang tersusun menjadi cerita tersebut tidak berdiri sendiri melainkan terjalin dalam suatu susunan yang sambung menyambung berdasarkan hukum sebab akibat itulah yang kemudian disebut alur/plot.
S. Tasrif menyatakan bahwa  setiap cerita biasanya diciptakan dari lima bagian peristiwa. Urutan-urutan peristiwa tersebut sebagai berikut:
1.  Pengarang mulai melukiskan suatu keadaan.
2.  Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak.
3.  Keadaan mulai memuncak.
4.  Peristiwa-peristiwa mencapai klimaks.
5.  Pengarang memberikan pemecahan persoaalan dari semua peristiwa.
Apabila pengarang menyusun cerita berdasarkan urutan peristiwa dari permulaan sampai akhir, maka susunan tersebut dikatakan sebagai alur/plot konvensional. Sedangkan bila peristiwa dimulai dari tengah atau dari akhir maka susunan tersebut dinamakan alur/plot sorot balik atau flashback.

C.  Tokoh dan perwatakan
Ada beberaoa jenis tokoh yang mungkin terdapat dalam sebuah sebuah cerkan yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
  1. Tokoh Sentral
Tokoh sentral adalah tokoh yang hampir dalam keseluruhan cerita menjelejahi persoalan. Mereka menjadi manusia yang konfliknya menonjol.Tokoh sentral dibagi menjadi dua,yaitu:
a.      Tokoh Utama atau Protagonis
Tokoh ini adalah tokoh yang memegang peran yang menjadi pusat cerita, tempat bertumpunya plot dan tema cerita.
b.      Tokoh Penentang atau antagonis
Tokoh ini yang menjadi lawan tokoh utama. Sebagai penentang kehadiran tokoh ini akan mnjelaskan konflik yang ada pada tokoh utama.
  1. Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam  cerita tetapi kehadirannya sangat  diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
Tokoh-tokoh tersebut akan menampilkan watak atau karakternya, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya.
Ada tiga cara pengarang dalam melukiskan watak tokoh, yaitu :
1.      Cara langsug atau analiktik
Pengarang menggambarkan para tokohnya secara langsung. Dia sebagai juru cerita langsung  menganalisis dan memberi tahu watak yang ada kepada pembaca tanpa ragu-ragu.
2.      Cara tak langsung atau Dramatik
Sebaliknya pengarang sering juga menggambarkan watak para tokohnya dengan cara tidak langsung. Cara ini bervariasi sebagai berikut :
a.       Dengan menggambarkan fisik tokoh.
Ada pengarang yang menjelaskan watak tokohnya dengan menggambarkan fisiknya. Misalnya seorang  yang berwatak jahat berarti pula berwajah garang, Sebaliknya seorang yang berwatak baik biasanya ganteng, bersih dan rapi.


b.      Dengan menggambarkan tempat atau lingkungan
Misalnya lingkungan yang kotor berarti menggambarkan bahwa tokoh yang menempatinya berwatak pemalas dan jorok.
c.       Dengan menggambarkan perbuatan atau tingkah laku atau reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
Perbuatan atau tingkah laku atau reaksi terhadap suatu kejadian pun sering dipakai pengarang untuk menggambarkan watak tokoh.
d.      Dengan mmenggambarkan pikiran-pikiran tokoh
Melukiskan apa ang difikirkan tokoh dalam menghadapi suatu kejadian adalah salah satu cara pengarang untuk menggambarkan tokoh. Cara ini mendukung penjelasan mengenai alasan mengapa tokoh tersebut mengambil tindakan tertentu.
e.       Dengan menggambarkan melalui dialog tokoh.
Pengarang sering juga menggambarkan watak tokohnya melalui dialog yang dilontarkan tokoh tersebut.
3.      Cara Campuran Langsung dan Tak Langsung
Banyak pengarang yang menggambarkan watak para tokohnya dengan cara keduanya yaitu langsung dan tak langsung. Cara ini dilakukan karena pengarang ingin menggambarkan sejelas-jelasnya mengenai watak tokohnya.
4.      Latar atau Setting
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, suasana dan lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar berguna untuk memperkuat tema, plot, watak tokoh dan membangun suasana cerita.
Latar tempat adalah gambaran ‘ dimana’ seluruh peristiwa dalam cerita itu terjadi. Misalnya di sebuah kota, di sebuah rumah, di ruang tamu dan tempat-tempat lainya.
Latar waktu adalah gambaran ‘ kapan’ peristiwa dalam cerita terjadi. Misalnya tahun 1945, Januari, Agustus, Hari Minggu, pagi hari, siang hari, malam, dan waktu lainnya.
Latar sosial adalah gambaran lingkungan sosial ‘ apa saja’ yang ada dalam cerita. Misalnya lingkungan religius, kaum intelektual, ekonomi rendah, pendidikan tinggi dan lain-lain.
Latar suasana adalah gambaran ‘ bagaimana’ suasana yang terjadi dalam cerita. Misalnya menyedihkan, gembira, tragis dan lain-lain.
Ke semua inti akan tergambar apabila pengarang berusaha menerangkan kepada pembaca dengan daya lukis yang kuat dan kongkrit.
5.      Titik Pengisahan atau Sudut Pandang
Titik pengisahaan disebut juga sudut pandang atau juru cerita adalah kedudukan pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti pengarang menceritakan kehidupan pribadinya, tetapi pengarang menceritakan cerita rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita.
Secara garis besar titik pengisahaan atau juru cerita terdiri atas :
1)  Titik pengisahan pengarang sebagai pengamat.
Pengarang sebagai pengamat biasanya ber ‘ ia ‘ kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, atau menyebut nama tokoh masing-masing. Pengarang benar-benar berada di luar cerita dan bertindak sebagai dalang.
2)      Titik pengisahan sebagai tokoh
Pengarang bisa menempatkan dirinya sebagai ‘aku’ dalam cerita rekaan yang dibuatnya. Seolah-olah dia berada langsung dalam cerita dan mengalami seluruh peristiwa yang ada.
6.      Gaya
Gaya pengarang dalam bercerita dan gaya bahasa yang dipakai dalam bercerita adalah salah satu unsur cerkan yang penting diperhatikan.
Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang disebut cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa, mengggambaran tema, menyusun plot, menggambarkn karakter atau watak, menentukan setting dan memberikan amanat. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing yang hampir berbeda satu sama lainnya.
Gaya Bahasa adalah caara pengarang dalam mengungkapkan suatu pengertian dalam  kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa sesungguhnya muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya dengan bantuan imajinasi, disamping agar ingin pembaca mampu menerima nilai-nilai yang sama yang ada dalam bahasa yang dilontarkannya. Gaya bahasa  yang digunakannya bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdok atau apa saja.

7.      Amanat
Dalam sebuah serita rekaan dapat dipastikan  berisi muatan-muatan pikiran pengarangnya. Pikiran – pikiran itu tersembunyi, dan merupakan renungan tentang kehidupan manusia yang telah dikristalkan dalam bentuk cerita. muatan-muatan pikiran tersebut yang disebut amanat.



























 

0 komentar:

Posting Komentar

Lets Go