KATA PENGANTAR
Karya sastra yaitu hasil kegiatan kreatif manusia yang dituangkan ke
dalam media bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bentuk-bentuk karya sastra ada 3
yaitu puisi, prosa dan drama. Dan jenis-jenis prosa di antaranya: dongeng, novel,
hikayat, novelette, cerpen dan sebagainya. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah apresiasi puisi Indonesia.
Makalah ini
membahas tentang unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel Orang_Orang
Proyek karya Ahmad Tohari.
Makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat.
Akhirnya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait
Kuningan, 28
Desember 2009
Penulis
Maya Deviyana
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi. Pada
masa sekarang membaca karya sastra sangatlah kurang karena. Pembaca lebih
memilih membaca novel pop daripada novel sastra, karena mereka menganggap
membaca novel pop lebih menarik,bahasanya ringan mudah dipahami. Namun banyak
juga pembaca yang membaca novel sastra, karena novel sastra lebih
bermutu.Tetapi terkadang mereka hanya membacanya saja lalu memahami cerita tersebut,
tanpa mengetahui lebih dalam tentang
unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita itu.
Sebagai pembaca yang kreatif, mereka tidak hanya
mengetahui atau memahami cerita itu, tetapi mereka harus mengetahui dan
memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita itu. Mereka harus
mengetahui apa, siapa, bagaimana dan untuk apa pengarang menceritakan peristiwa
itu.
Maka dari itu penulis mencoba menganalisis unsur-unsur intrinsik
yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
1.1 Perumusan Masalah
Dari permasalahan diatas,maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa tema novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
2. Bagaimana plot novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari?
3. Siapa tokah-tokoh pada novel Orang
–Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
4. Baagaimana karakter tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek
karya
Ahmad Tohari?
5. Bagaimana konflik tokoh pada novel
Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari?
6. Bagaimana setting novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari?
7. Bagaimana titik pengisahan pengarang novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari ?
8. Bagaimana gaya pengarang noel Orang-Orang Proyek karya
Amad Tohari?
9. Bagaimana amanat pada novel
Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
1.3 Tujuan
Masalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran atas
permasalahan yang dirumuskan di
atas.Tujuan tersebut dapat di perinci
sebagai berikut:
sebagai berikut:
- Untuk mengetahui tema novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui plot novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui karakter tokoh-tokoh pada novel Orang-Orang Proyek
Karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui konflik tokoh pada novel novel Orang-Orang Proyek
karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui setting novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui titik pengisahan pengarang novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui gaya pengarang novel Oang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari.
- Untuk mengetahui amanat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari.
.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Sastra
Secara harfiah kata sastra berarti “huruf, tulisan
atau karangan”. Lalu karena tulisan atau karangan biasanya berwujud buku, maka
sastra berarti juga “buku”. Itulah sebabnya, dalam pengertian kesustraan
lama,istilah sastra berarti buku baik yang berisi tentang dongeng, pelajaran
agama, sejarah maupun peraturan perundang-undangan.
Dalam perkembangan selanjutnya, karya sastra mendapat
imbuhan su yang dalam bahasa jawa berarti “baik atau indah". Dengan
demikian,pengertiannya berkembang juga menjadi “buku yang baik dan indah”, dalam
arti baik isinya dan indah bahasanya. Kata susastra itupun berkembang juga
dengan mendapat imbuhan gabungan (konfiks) ke-an, sehingga menjadi kesusastraan
yang berarti “hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah bahasanya”
Istilah sastra maupu literature, ada baiknya kalau
makna kedua istilah tersebut dipandang sebagai kegiatan seni, yaitu “hasil
kegiatan kreatif manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa baik lisan
maupun tulisan”.
2.2 Bentuk-bentuk Sastra
Bentuk sastra berarti cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan
bagian-bagian karangan, pola structural karya sastra (Panuti Sujiman,1984:12).
Ke dalamnya dapat digolongkan tiga bentuk, yaitu: puisi, prosa dan drama.
Puisi ialah bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya dendang. Prosa ialah
bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya cerita. Sedangkan drama adalah karya
sastra yang diungkapkan dengan gaya
dialog. Penggolongan bentuk ini tentunya harus diterima dengan bijaksana, sebab
tidak mustahil dalam bentuk puisi akan
dibentuk pula sedikitnya gaya cerita atau
dialog, dalam bentuk prosa mungkin saja akan dijumpai gaya
dendang dan gaya
bercerita. Akan tetapi penyelipan gaya
tertentu ke dalam bentuk-bentuk tersebut tidak mengubah bentuk secara
keseluruhan.
2.3 Pengertian Prosa Fiksi
Prosa fiksi atau cerkan adalah suatu bentuk sastra yang
memaparkan terjadinya peristiwa secara rinci mengenai segala hal yang
bersangkut paut dengan peristiwa tersebut, seperti siapa tokoh dalam peristiwa
itu, bagamana karakter tokah tersebut, dimana dan kapan terjadi peristiwa itu, bagaimana
suasana, bagaimana proses terjadinya peristiwa itu, apa yang melatarbelakangi
peristiwa itu.
2.4 Jenis-jenis
prosa fiksi
Prosa fiksi dibagi menjadi dua bagian besar yang jelas
hakikinya, yaitu prosa non imajinatif
dan prosa imajinatif. Inti
perbedaan keduanya adalah dominasi imajinasi yang mempengaruhi proses
penciptaannya.
Dalam prosa imajinatif tentu saja hal-hal yang khayal tidak akan
dipentingkan, tetapi sangat berdasarkan pada hal-hal yang faktual. Isinya bisa
berupa deskripsi, argumentasi atau narasi tentang sesuatu yang sama sekali
tidak direka-reka dan bahkan objektif. Contoh prosa non immajinatif ini
misalnya: kritik, esai, karya ilmiah, esensi, artikel, memori, biografi
factual, auto biografi factual, sejarah, catatan harian dan lain-lain
Sedangkan prosa imajinasi jelas sangat dipengaruhi oleh imajinasi
dalam proses penciptaanya. Faktor perenungan dalam perolehan ideilustrasi bahasa yang yang diperhitungkan keindahannya,
serta kemungkinan-kemungkinan lain yang menjadikan karya tersebut tidak mungkin
dikatakan objektif, terjadi begitu saja. Pokok persoalan yang akan dilontarkan
bisa saja hal-hal yang faktual yang ada disektar penciptanya, tetapi dalam
proses penciptaanya akan banyak sekali dipengaruhi faktor imajinasi. Istilah
sederhana banyak direka-reka. Contoh prosa fiksi imajinasi misalnya: dongeng, hikayat,
cerita sejarah, novel,novelette, cerpen, hikayat dan lain-lain
2.5 Pengertian
Novel
Novel berasal dari bahasa latin “novellas”yang
diturunkan dari kata “novies”yang berarti “baru”. Dikatakaan baru sebab novel
muncul belakangan dibanding dengaan bentuk puisi. Yus rusyana memunculkan
pengertian sebagai cerita rekaan yang panjang dan mengisahkan peristiwa
rasional. Unsur-unsur cerita seperti tokoh, alur dan latar dipaparkan
seolah-olah sesungguhnya terjadi dalam
kehidupan nyata. Namun ada juga novel yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang
justru tidak rasional. Hal ini karena bentuk-bentuk simbolik yang mendominasi
proses penciptaanya. Sehingga cerita secara total merupakan cerita simbolik
dari kehidupan nyata. Pengertian novel tersebut akhirnya secara singkat dapat dikatakan
sebagai prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan
serangkaian peristiwa dan latar secara
tersusun (Panuti Sujiman:1984:54)
2.6 Unsur-unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam sastra itu
sendiri, dan merupakan satu organisasi yang terjalin satu sama lain yang secara
bersama-sama membentuk cerita. Unsur tersebut meliputi tema, alur/plot, tokoh
dan perwatakan, latar/setting, titik pengisahan, gaya pengarang dan amanat.
- Tema
Cerita rekaan tercipta setelah pengarang memperoleh
pengalaman. Dari pengalaman itulah akan diperoleh persoalan-persoalan yang
beraneka ragam yang lantas dijadikan sumber ide. Pokok persoalan yang menarik
bagi pengarang cerkan selalu persoalan
manusia, karena hidup manusia memang selalu penuh dengan benturan-benturan atau
konflik.
- Alur atau plot
Peristiwa-peristiwa yang tersusun menjadi cerita
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan terjalin dalam suatu susunan yang sambung
menyambung berdasarkan hukum sebab akibat itulah yang kemudian disebut
alur/plot.
S. Tasrif menyatakan bahwa setiap cerita biasanya diciptakan dari lima bagian peristiwa. Urutan-urutan
peristiwa tersebut sebagai berikut:
1. Pengarang mulai melukiskan
suatu keadaan.
2. Peristiwa yang bersangkut
paut mulai bergerak.
3. Keadaan
mulai memuncak.
4. Peristiwa-peristiwa
mencapai klimaks.
5. Pengarang
memberikan pemecahan persoaalan dari semua peristiwa.
Apabila pengarang menyusun cerita berdasarkan urutan
peristiwa dari permulaan sampai akhir, maka susunan tersebut dikatakan sebagai
alur/plot konvensional. Sedangkan bila peristiwa dimulai dari tengah atau dari
akhir maka susunan tersebut dinamakan alur/plot sorot balik atau flashback.
C. Tokoh dan perwatakan
Ada beberaoa jenis tokoh yang mungkin terdapat dalam sebuah sebuah
cerkan yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
- Tokoh Sentral
Tokoh sentral adalah tokoh yang hampir dalam
keseluruhan cerita menjelejahi persoalan. Mereka menjadi manusia yang
konfliknya menonjol.Tokoh sentral dibagi menjadi dua,yaitu:
a.
Tokoh Utama atau Protagonis
Tokoh ini adalah tokoh yang memegang peran yang menjadi pusat cerita,
tempat bertumpunya plot dan tema cerita.
b.
Tokoh Penentang atau antagonis
Tokoh ini yang menjadi lawan tokoh utama. Sebagai penentang
kehadiran tokoh ini akan mnjelaskan konflik yang ada pada tokoh utama.
- Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya dalam cerita tetapi
kehadirannya sangat diperlukan untuk
menunjang atau mendukung tokoh utama.
Tokoh-tokoh tersebut akan menampilkan watak atau karakternya, yaitu
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya.
Ada tiga cara pengarang dalam melukiskan watak tokoh, yaitu :
1.
Cara langsug atau analiktik
Pengarang menggambarkan para tokohnya secara langsung. Dia sebagai
juru cerita langsung menganalisis dan
memberi tahu watak yang ada kepada pembaca tanpa ragu-ragu.
2.
Cara tak langsung atau
Dramatik
Sebaliknya pengarang sering juga menggambarkan watak para tokohnya
dengan cara tidak langsung. Cara ini bervariasi sebagai berikut :
a.
Dengan menggambarkan fisik
tokoh.
Ada pengarang yang menjelaskan watak tokohnya dengan menggambarkan
fisiknya. Misalnya seorang yang berwatak
jahat berarti pula berwajah garang, Sebaliknya seorang yang berwatak baik
biasanya ganteng, bersih dan rapi.
b.
Dengan menggambarkan tempat
atau lingkungan
Misalnya lingkungan yang kotor berarti menggambarkan bahwa tokoh yang
menempatinya berwatak pemalas dan jorok.
c.
Dengan menggambarkan perbuatan
atau tingkah laku atau reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
Perbuatan atau tingkah laku atau reaksi terhadap suatu kejadian pun
sering dipakai pengarang untuk menggambarkan watak tokoh.
d.
Dengan mmenggambarkan
pikiran-pikiran tokoh
Melukiskan apa ang difikirkan tokoh dalam menghadapi suatu kejadian
adalah salah satu cara pengarang untuk menggambarkan tokoh. Cara ini mendukung
penjelasan mengenai alasan mengapa tokoh tersebut mengambil tindakan tertentu.
e.
Dengan menggambarkan melalui
dialog tokoh.
Pengarang sering juga menggambarkan watak tokohnya melalui dialog
yang dilontarkan tokoh tersebut.
3.
Cara Campuran Langsung dan
Tak Langsung
Banyak pengarang yang menggambarkan watak para tokohnya dengan cara
keduanya yaitu langsung dan tak langsung. Cara ini dilakukan karena pengarang ingin
menggambarkan sejelas-jelasnya mengenai watak tokohnya.
4.
Latar atau Setting
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai
waktu, ruang, suasana dan lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar
berguna untuk memperkuat tema, plot, watak tokoh dan membangun suasana cerita.
Latar tempat adalah gambaran ‘ dimana’ seluruh
peristiwa dalam cerita itu terjadi. Misalnya di sebuah kota, di sebuah rumah, di ruang tamu dan
tempat-tempat lainya.
Latar waktu adalah gambaran ‘ kapan’ peristiwa dalam cerita terjadi.
Misalnya tahun 1945, Januari, Agustus, Hari Minggu, pagi hari, siang hari,
malam, dan waktu lainnya.
Latar sosial adalah gambaran lingkungan sosial ‘ apa
saja’ yang ada dalam cerita. Misalnya lingkungan religius, kaum intelektual,
ekonomi rendah, pendidikan tinggi dan lain-lain.
Latar suasana adalah gambaran ‘
bagaimana’ suasana yang terjadi dalam cerita. Misalnya menyedihkan, gembira,
tragis dan lain-lain.
Ke semua inti akan tergambar apabila pengarang berusaha menerangkan
kepada pembaca dengan daya lukis yang kuat dan kongkrit.
5.
Titik Pengisahan atau Sudut
Pandang
Titik pengisahaan disebut juga sudut pandang atau juru
cerita adalah kedudukan pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti
pengarang menceritakan kehidupan pribadinya, tetapi pengarang menceritakan
cerita rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita.
Secara garis besar titik pengisahaan atau juru cerita terdiri atas :
1) Titik pengisahan pengarang sebagai pengamat.
Pengarang sebagai pengamat biasanya ber ‘ ia ‘ kepada tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita, atau menyebut nama tokoh masing-masing. Pengarang
benar-benar berada di luar cerita dan bertindak sebagai dalang.
2)
Titik pengisahan sebagai tokoh
Pengarang bisa menempatkan dirinya sebagai ‘aku’ dalam cerita rekaan
yang dibuatnya. Seolah-olah dia berada langsung dalam cerita dan mengalami
seluruh peristiwa yang ada.
6.
Gaya
Gaya pengarang
dalam bercerita dan gaya
bahasa yang dipakai dalam bercerita adalah salah satu unsur cerkan yang penting
diperhatikan.
Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang
disebut cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa,
mengggambaran tema, menyusun plot, menggambarkn karakter atau watak, menentukan
setting dan memberikan amanat. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing yang hampir berbeda satu
sama lainnya.
Gaya Bahasa adalah caara pengarang dalam mengungkapkan suatu
pengertian dalam kata, kelompok kata
atau kalimat. Gaya
bahasa sesungguhnya muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya
dengan bantuan imajinasi, disamping agar ingin pembaca mampu menerima
nilai-nilai yang sama yang ada dalam bahasa yang dilontarkannya. Gaya bahasa yang digunakannya bisa personifikasi,
metafora, alegori, sinekdok atau apa saja.
7.
Amanat
Dalam sebuah serita rekaan dapat dipastikan berisi muatan-muatan pikiran pengarangnya.
Pikiran – pikiran itu tersembunyi, dan merupakan renungan tentang kehidupan
manusia yang telah dikristalkan dalam bentuk cerita. muatan-muatan pikiran
tersebut yang disebut amanat.
0 komentar:
Posting Komentar