Selasa, 19 Agustus 2014

PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT (KORESPONDENSI)



Multiple intelligences dikembangkan oleh Thomas Armstrong ke dalam dunia pembelajaran di kelas.  Multiple Intelligences telah digunakan dalam kurikulum-kurikulum Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menegah Atas di beberapa kota negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.
Memang tidak semua sekolah di Amerika Serikat menamakan langsung sekolahnya sebagai sekolah multiple intelligences.  Key Renaisance Learning Community di Indianapolis, Indiana mungkin merupakan satu-satunya sekolah yang menerapkan konsep multiple intelligences lebih lama daripada sekolah yang lain.  Di sekolah ini para guru mengembangkan dua tema setiap tahun dalam berbagai topik untuk mengembangkan kecerdasan majemuk siswa.  Tema-tema seperti “Perjalanan”, “Warisan”, “Keselarasan”, “Penemuan”, dan tema “Di Sini dan Sekarang, dalam Budaya Lain” .  Murid-murid The Key School  berpartisipasi dalam “Pod” .  Pod adalah kelas campuran berdasarkan kecerdasan menonjol yang dimiliki siswa.  Beberapa “Pod” antara lain Big Mac Pod (kelas komputer), The Dance Pod (kelas menari), Cinemaniac Pod (kelas perfilman), The Key Economist (kelas pelajaran ekonomi).  Sekolah ini  menilai kemajuan murid-muridnya berdasarkan multiple intelligences seperti portofolio, laporan kemajuan khusus yang menilai delapan tipe kecerdasan, dan lain-lain.
Sekolah-sekolah lain yang telah menerapkan konsep multiple intelligences adalah Cascade Elementary School di Marysville Washington, Kent Garden Elementary School di McLean Virginia, dan beberapa sekolah lainnya di negeri Paman Sam.
Penerapan multiple intelligences di beberapa sekolah tadi tidak hanya untuk proses teknik atau pun metode pembelajaran di kelas.  Beberapa sekolah di atas telah menerapkan multiple intelligences dalam lingkup yang lebih luas lagi, yakni sekolah.  Artinya, pengembangan kurikulum, manajemen sekolah, apalagi konsep pembelajaran guru di ruangan kelas telah diarahkan pada pengembangan kecerdasan majemuk.
     Di Indonesia, konsep multiple intelligences  tergolong terobosan baru di dunia pendidikan.  Guru-guru negara kita masih terpaku pada proses pembelajaran yang belum mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan siswa.  Namun demikian, di kota Bandung terdapat sekolah yang telah berusaha menerapkan konsep multiple intelligences. SMA Muthahhari menamai proses penerapan multiple intelligences dengan proses bersekolah dalam upaya melahirkan para juara.   Kurikulum yang dikembangkan di SMA ini diarahkan agar siswa meraih beberapa kompetensi.  Siswa pun dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.  Kurikulum di SMA ini bersifat fleksibel, bahkan pada beberapa mata pelajaran siswa dilibatkan untuk memilih materi pelajaran.  Artinya, siswa pun dilibatkan dalam pemilihan kurikulum.
Dikemukakan Hernowo dalam pengantar buku “Sekolah para Juara” bahwa pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan sebuah kejutan bagi dunia pembelajaran.  Dengan lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi titik terang baru untuk memecahkan tradisi pendidikan yang terfokus pada “4 T” yang dikemukakan oleh Gardner.  Menurut Hernowo, beberapa catatan penting dalam KBK yang bersinkronan bagi berkembangnya multiple intelligences di sekolah-sekolah Indonesia adalah :
1.    KBK didasarkan pada prinsip-prinsip fleksibel, sehingga mudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2.    KBK menjabarkan kemampuan dasar menjadi silabus telah dicantumkan dalam pedoman umum dan pedoman khusus untuk setiap mata pelajaran, dengan demikian setiap sekolah diberikan kebebasan untuk  menentukan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan.
3.    Dirumuskannya secara jelas dalam kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa, memungkinkan siswa akan mempelajari materi yang tidak perlu.

1. Antara Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Multiple Intelligences
   a. Pendekatan Multiple Intelligences
Pada awalnya, multiple intelligences hanyalah sebuah konsep psikologi yang dikemukakan psikolog Howard Gardner.  Namun, beberapa ahli pendidikan Amerika menilai bahwa konsep delapan tipe kecerdasan ini sangat berguna untuk memecahkan misteri “pembelajaran puritan” di sekolah-sekolah.  Armstrong menyebut sekolah-sekolah puritan itu sebagai “Dunia Gersang Lembar Latihan”.  Disebut demikian, karena sekolah-sekolah menumpukan harapan kelulusan dan prestasi siswa mereka pada seperangkat tes soal yang sama sekali tidak memotret perkembangan belajar siswa. Oleh karena itu, multiple intelligences diharapkan menjadi salah satu pencerah bagi kelamnya dunia pembelajaran di kelas. 
Banyak ahli pendidikan yang mengembangkan konsep multiple intelligences ini dalam dunia pembelajaran.  Namun, salah seorang yang paling aktif mengembangkan teori ini dalam dunia pembelajaran adalah Thomas Armstrong.  Thomas Armstrong telah 28 tahun berada di dunia pembelajaran dan mengetahui seluk-beluk permasalahan pendidikan.   Permasalahan utama dunia pembelajaran menurut Armstrong adalah sistem yang menganggap bahwa kecerdasan seorang siswa hanya dapat diukur oleh beberapa angka.  Jadi, ketika teori kecerdasan majemuk ini digulirkan dalam dunia pembelajaran, muncullah ide cerdas untuk mengimplementasikannya di dunia pembelajaran yang lebih luas, yakni sekolah.
 “Pendekatan multiple intelligences adalah sebuah istilah untuk menyederhanakan bentuk umum yang melingkupi metode serta teknik pembelajaran di kelas.  Pendekatan menurut Tony Antony dalam Husen (1997:144) adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai seperangkat pengajaran atau juga falsafah tentang sebuah pengajaran. Contoh pendekatan pembelajaran bahasa misalnya pendekatan komunikatif.    Asumsi dalam pendekatan multiple intelligences ini adalah sebuah konsep dasar bahwa setiap anak memiliki delapan keceradasan majemuk yang terus menerus berkembang.  Asumsi lainnya yang lebih spesifik berarti setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang akan terus menerus berkembang.  Kemampuan berbahasa yang disoroti dalam peneltian ini adalah kemampuan menulis.
Dalam penelitian ini, pendekatan multiple intelligences dijabarkan ke dalam sebuah metode pembelajaran.  Metode tersebut dinamai metode multiple intelligences.  Metode ini memiliki beberapa penjabaran teknik seperti yang diuraikan Armstrong dalam buku “Sekolah para Juara”.  Sebelum menjabarkan teknik-teknik pembelajaran dalam multiple intelligences.



b.  Metode Multiple Intelligences
Metode adalah bentuk penjabaran sebuah pendekatan pembelajaran.  Metode masih menurut Tony Antony dalam Husen (1997:144) adalah tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan kepada satu jenis pendekatan sehingga merupakan rancangan yang menyeluruh dari jenis keterampilan yang akan dikuasai pembelajar, materi-materi yang harus digunakan, serta penyusunan urutan penyajian.  Dengan demikian, metode lebih bersifat prosedural yang mencakup beberapa kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Metode terdiri atas metode umum dan metode khusus.  Metode umum adalah metode yang dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran.  Sedangkan metode khusus adalah metode yang hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.  Metode umum dalam pengajaran klasikal misalnya metode ceramah.  Metode ini dianggap dapat digunakan untuk mata pelajaran apa pun.  Sedangkan metode khusus misalnya metode untuk pembelajaran bahasa di kelas bahasa, misalnya metode tata bahasa terjemahan, metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan sebagainya.
Dalam multiple intelligences, metode-metode umum dan khusus diramu berdasarkan delapan tipe kecerdasan majemuk yang diuraikan dalam teknik pembelajaran. Jadi dalam sebuah metode akan terdapat delapan teknik pembelajaran  yang merangkul delapan tipe kecerdasan. Dalam multiple intelligences terdapat teknik linguistik, teknik matematis-logis, teknik spasial, teknik kinestetis-jasmani, teknik musikal, teknik interpersonal, teknik intrapersonal,  dan teknik natural.  Secara umum, semua teknik itu terangkum dalam  metode multiple intelligences.

c.  Teknik Multiple Intelligences
Menurut Tony Antony dalam Husen (1989:1) teknik pembelajaran adalah tingkat yang menguraikan prosedur-prosedur tersendiri dan terinci tentang cara pengajaran di dalam kelas.  Oleh karena itu, teknik pembelajaran adalah implementasi teknis dari metode pembelajaran di kelas.  Di dalam teknik pembelajaranlah dirancang berbagai jenis media, pengelolaan kelas serta tataran teknis lainnya.
Kata teknik sering dipadankan dengan kata strategi.  Padahal keduanya memiliki makna berbeda.  Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang bermakna “ilmu perang” atau “panglima perang”.  Menurut Hornby dalam Kosadi Hidayat, dkk. (1990:1), strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan laut dan udara.  Pendapat lain masih dalam Kosadi Hidayat, dkk. disebutkan bahwa strategi adalah approach yang bermakna sebuah kerangka berpikir aksiomatis yang merupakan cara pandang seseorang sesuai filsafat atau keyakinan yang dianutnya.  Approach  dalam bahasa Indonesia bermakna pendekatan, padahal antara kedua istilah tersebut tidak dapat disamakan.  Pendapat lain mendefinisikan strategi sebagai segala upaya pengajar atau guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan berbagai komponen dan faktor yang menunjang berhasilnya pengajaran yang disampaikan di dalam kelas (Antony,1989:1). 
Banyak teknik yang ditawarkan multiple intelligences untuk mengaktifkan seluruh kecerdasan siswa di kelas.  Teknik-teknik itu disusun berdasarkan delapan tipe kecerdasan majemuk.  Berikut ini adalah beberapa teknik multiple intelligences dengan penjabaran singkatnya.
  



Teknik Pembelajaran Multiple Intelligences

Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan
Spasial
Kecerdasan Kinestetis-Jasmani
kertas kerja, curah gagasan, menulis, deklamasi, merekam dengan kaset, membuat majalah.
pertanyaan ala sokrates, demostrasi ilmiah, klasifikasi dan kategorisasi, game dan teka-teki logika, penalaran ilmiah.
Visualisasi, fotografi,
video, slide, dan film
Labirin, teka-teki visual, apresiasi seni, metafora gambar, simbol grafis, penggunaan warna.
Gerakan kreatif, hands-on thinking, teater kelas, peta tubuh,memasak, berkebun, dan kegiatan yang menyibukkan lainnya, konsep kinestetis jasmani.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Naturalis
musik suasana, memainkan lagu dengan alat musik, bernyanyi, bersenandung
Irama lagu, lagu rap, musik supermemori, enciptakan melodi lagu.
Kerja kelompok, game dengan papan permainan, berbagi rasa dengan teman sekelas, simulasi, formasi patung diri manusia.
momentum mengekspresikan perasaan, sesi refleksi satu menit, hubungan materi pelajaran dengan kehidupan ptibadi, waktu memilih.
Jalan-jalan di alam terbuka, membawa binatang ke kelas, ideo atau film tentang alam, tanaman sebagai dekorasi, belajar dengan melihat ke luar jendela.

Armstrong,2002:81-87

0 komentar:

Posting Komentar

Lets Go