Multiple intelligences dikembangkan oleh Thomas Armstrong
ke dalam dunia pembelajaran di kelas. Multiple
Intelligences telah digunakan dalam kurikulum-kurikulum Sekolah Dasar
sampai dengan Sekolah Menegah Atas di beberapa kota negara maju seperti Amerika
Serikat dan Australia.
Memang tidak semua sekolah di Amerika Serikat menamakan
langsung sekolahnya sebagai sekolah multiple intelligences. Key Renaisance Learning Community di
Indianapolis, Indiana mungkin merupakan satu-satunya sekolah yang menerapkan
konsep multiple intelligences lebih lama daripada sekolah yang
lain. Di sekolah ini para guru
mengembangkan dua tema setiap tahun dalam berbagai topik untuk mengembangkan
kecerdasan majemuk siswa. Tema-tema
seperti “Perjalanan”, “Warisan”, “Keselarasan”, “Penemuan”, dan tema “Di Sini
dan Sekarang, dalam Budaya Lain” .
Murid-murid The Key School
berpartisipasi dalam “Pod” .
Pod adalah kelas campuran berdasarkan kecerdasan menonjol yang dimiliki
siswa. Beberapa “Pod” antara lain
Big Mac Pod (kelas komputer), The Dance Pod (kelas menari), Cinemaniac
Pod (kelas perfilman), The Key Economist (kelas pelajaran
ekonomi). Sekolah ini menilai kemajuan murid-muridnya berdasarkan multiple
intelligences seperti portofolio, laporan kemajuan khusus yang menilai
delapan tipe kecerdasan, dan lain-lain.
Sekolah-sekolah lain yang telah menerapkan konsep multiple
intelligences adalah Cascade Elementary School di Marysville Washington,
Kent Garden Elementary School di McLean Virginia, dan beberapa sekolah lainnya
di negeri Paman Sam.
Penerapan multiple intelligences di beberapa
sekolah tadi tidak hanya untuk proses teknik atau pun metode pembelajaran di
kelas. Beberapa sekolah di atas telah
menerapkan multiple intelligences dalam lingkup yang lebih luas lagi,
yakni sekolah. Artinya, pengembangan
kurikulum, manajemen sekolah, apalagi konsep pembelajaran guru di ruangan kelas
telah diarahkan pada pengembangan kecerdasan majemuk.
Di Indonesia,
konsep multiple intelligences tergolong
terobosan baru di dunia pendidikan.
Guru-guru negara kita masih terpaku pada proses pembelajaran yang belum
mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan siswa. Namun demikian, di kota Bandung terdapat
sekolah yang telah berusaha menerapkan konsep multiple intelligences.
SMA Muthahhari menamai proses penerapan multiple intelligences dengan
proses bersekolah dalam upaya melahirkan para juara. Kurikulum yang dikembangkan di SMA ini
diarahkan agar siswa meraih beberapa kompetensi. Siswa pun dilibatkan dalam penyusunan
kurikulum. Kurikulum di SMA ini bersifat
fleksibel, bahkan pada beberapa mata pelajaran siswa dilibatkan untuk memilih
materi pelajaran. Artinya, siswa pun dilibatkan
dalam pemilihan kurikulum.
Dikemukakan Hernowo dalam pengantar buku “Sekolah para
Juara” bahwa pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan sebuah kejutan
bagi dunia pembelajaran. Dengan lahirnya
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi titik terang baru untuk memecahkan
tradisi pendidikan yang terfokus pada “4 T” yang dikemukakan oleh Gardner. Menurut Hernowo, beberapa catatan penting
dalam KBK yang bersinkronan bagi berkembangnya multiple intelligences di
sekolah-sekolah Indonesia adalah :
1.
KBK didasarkan pada prinsip-prinsip fleksibel, sehingga
mudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2.
KBK menjabarkan kemampuan dasar menjadi silabus telah
dicantumkan dalam pedoman umum dan pedoman khusus untuk setiap mata pelajaran,
dengan demikian setiap sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan materi pelajaran sesuai dengan
kebutuhan.
3.
Dirumuskannya secara jelas dalam kompetensi dasar yang
harus dimiliki siswa, memungkinkan siswa akan mempelajari materi yang tidak
perlu.
1. Antara Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Multiple
Intelligences
a. Pendekatan Multiple Intelligences
Pada awalnya, multiple intelligences hanyalah
sebuah konsep psikologi yang dikemukakan psikolog Howard Gardner. Namun, beberapa ahli pendidikan Amerika
menilai bahwa konsep delapan tipe kecerdasan ini sangat berguna untuk
memecahkan misteri “pembelajaran puritan” di sekolah-sekolah. Armstrong menyebut sekolah-sekolah puritan
itu sebagai “Dunia Gersang Lembar Latihan”.
Disebut demikian, karena sekolah-sekolah menumpukan harapan kelulusan
dan prestasi siswa mereka pada seperangkat tes soal yang sama sekali tidak
memotret perkembangan belajar siswa. Oleh karena itu, multiple intelligences
diharapkan menjadi salah satu pencerah bagi kelamnya dunia pembelajaran di
kelas.
Banyak ahli pendidikan yang mengembangkan konsep multiple
intelligences ini dalam dunia pembelajaran.
Namun, salah seorang yang paling aktif mengembangkan teori ini dalam
dunia pembelajaran adalah Thomas Armstrong.
Thomas Armstrong telah 28 tahun berada di dunia pembelajaran dan
mengetahui seluk-beluk permasalahan pendidikan. Permasalahan utama dunia pembelajaran
menurut Armstrong adalah sistem yang menganggap bahwa kecerdasan seorang siswa
hanya dapat diukur oleh beberapa angka.
Jadi, ketika teori kecerdasan majemuk ini digulirkan dalam dunia
pembelajaran, muncullah ide cerdas untuk mengimplementasikannya di dunia
pembelajaran yang lebih luas, yakni sekolah.
“Pendekatan multiple
intelligences” adalah sebuah istilah untuk menyederhanakan bentuk
umum yang melingkupi metode serta teknik pembelajaran di kelas. Pendekatan menurut Tony Antony dalam Husen (1997:144) adalah tingkat asumsi
atau pendirian mengenai seperangkat pengajaran atau juga falsafah tentang
sebuah pengajaran. Contoh pendekatan pembelajaran bahasa misalnya pendekatan
komunikatif. Asumsi dalam pendekatan multiple
intelligences ini adalah sebuah konsep dasar bahwa setiap anak memiliki
delapan keceradasan majemuk yang terus menerus berkembang. Asumsi lainnya yang lebih spesifik berarti
setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang akan terus menerus berkembang. Kemampuan berbahasa yang disoroti dalam
peneltian ini adalah kemampuan menulis.
Dalam penelitian ini, pendekatan multiple intelligences dijabarkan
ke dalam sebuah metode pembelajaran.
Metode tersebut dinamai metode multiple intelligences. Metode ini memiliki beberapa penjabaran teknik
seperti yang diuraikan Armstrong dalam buku “Sekolah para Juara”. Sebelum menjabarkan teknik-teknik
pembelajaran dalam multiple intelligences.
b. Metode Multiple Intelligences
Metode adalah bentuk penjabaran sebuah pendekatan
pembelajaran. Metode masih menurut Tony
Antony dalam Husen (1997:144) adalah tingkat penerapan teori-teori yang
didasarkan kepada satu jenis pendekatan sehingga merupakan rancangan yang
menyeluruh dari jenis keterampilan yang akan dikuasai pembelajar, materi-materi
yang harus digunakan, serta penyusunan urutan penyajian. Dengan demikian, metode lebih bersifat
prosedural yang mencakup beberapa kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran.
Metode terdiri atas metode umum dan metode khusus. Metode umum adalah metode yang dapat
digunakan untuk seluruh mata pelajaran.
Sedangkan metode khusus adalah metode yang hanya digunakan untuk mata
pelajaran tertentu. Metode umum dalam
pengajaran klasikal misalnya metode ceramah.
Metode ini dianggap dapat digunakan untuk mata pelajaran apa pun. Sedangkan metode khusus misalnya metode untuk
pembelajaran bahasa di kelas bahasa, misalnya metode tata bahasa terjemahan,
metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan sebagainya.
Dalam multiple intelligences, metode-metode umum
dan khusus diramu berdasarkan delapan tipe kecerdasan majemuk yang diuraikan
dalam teknik pembelajaran. Jadi dalam sebuah metode akan terdapat delapan
teknik pembelajaran yang merangkul
delapan tipe kecerdasan. Dalam multiple intelligences terdapat teknik
linguistik, teknik matematis-logis, teknik spasial, teknik kinestetis-jasmani,
teknik musikal, teknik interpersonal, teknik intrapersonal, dan teknik natural. Secara umum, semua teknik itu terangkum dalam metode multiple intelligences.
c. Teknik Multiple Intelligences
Menurut Tony Antony dalam Husen (1989:1) teknik
pembelajaran adalah tingkat yang menguraikan prosedur-prosedur tersendiri dan
terinci tentang cara pengajaran di dalam kelas.
Oleh karena itu, teknik pembelajaran adalah implementasi teknis dari
metode pembelajaran di kelas. Di dalam
teknik pembelajaranlah dirancang berbagai jenis media, pengelolaan kelas serta
tataran teknis lainnya.
Kata teknik sering dipadankan dengan kata strategi. Padahal keduanya memiliki makna berbeda. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia”
yang bermakna “ilmu perang” atau “panglima perang”. Menurut Hornby dalam Kosadi Hidayat, dkk.
(1990:1), strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan,
seperti cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan laut dan
udara. Pendapat lain masih dalam Kosadi
Hidayat, dkk. disebutkan bahwa strategi adalah approach yang bermakna
sebuah kerangka berpikir aksiomatis yang merupakan cara pandang seseorang
sesuai filsafat atau keyakinan yang dianutnya.
Approach dalam bahasa Indonesia
bermakna pendekatan, padahal antara kedua istilah tersebut tidak dapat
disamakan. Pendapat lain mendefinisikan
strategi sebagai segala upaya pengajar atau guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dengan memperhatikan berbagai komponen dan faktor yang menunjang
berhasilnya pengajaran yang disampaikan di dalam kelas (Antony,1989:1).
Banyak teknik yang ditawarkan multiple intelligences untuk
mengaktifkan seluruh kecerdasan siswa di kelas.
Teknik-teknik itu disusun berdasarkan delapan tipe kecerdasan majemuk. Berikut ini adalah beberapa teknik multiple
intelligences dengan penjabaran singkatnya.
Teknik
Pembelajaran Multiple Intelligences
Kecerdasan Linguistik
|
Kecerdasan Matematis-Logis
|
Kecerdasan
Spasial
|
Kecerdasan Kinestetis-Jasmani
|
kertas kerja, curah gagasan, menulis, deklamasi,
merekam dengan kaset, membuat majalah.
|
pertanyaan ala sokrates, demostrasi ilmiah, klasifikasi
dan kategorisasi, game dan teka-teki logika, penalaran ilmiah.
|
Visualisasi, fotografi,
video, slide, dan film
Labirin, teka-teki visual, apresiasi seni, metafora
gambar, simbol grafis, penggunaan warna.
|
Gerakan kreatif, hands-on thinking, teater kelas, peta
tubuh,memasak, berkebun, dan kegiatan yang menyibukkan lainnya, konsep
kinestetis jasmani.
|
Kecerdasan Musikal
|
Kecerdasan Interpersonal
|
Kecerdasan Intrapersonal
|
Kecerdasan Naturalis
|
musik suasana, memainkan lagu dengan alat musik,
bernyanyi, bersenandung
Irama lagu, lagu rap, musik supermemori, enciptakan
melodi lagu.
|
Kerja kelompok, game dengan papan permainan, berbagi
rasa dengan teman sekelas, simulasi, formasi patung diri manusia.
|
momentum mengekspresikan perasaan, sesi refleksi satu
menit, hubungan materi pelajaran dengan kehidupan ptibadi, waktu memilih.
|
Jalan-jalan di alam terbuka, membawa binatang ke kelas,
ideo atau film tentang alam, tanaman sebagai dekorasi, belajar dengan melihat
ke luar jendela.
|
Armstrong,2002:81-87
0 komentar:
Posting Komentar